Nama : Fahmi Fakhruddin Ghozaly
NIM : 933102515
PRODI : Perbandingan Agama
Mata Kuliah : Sosiologi
Sosiologi Modern
Negara-negara
sebagai induk sosiologi:
1)
Perancis
(Agust Comte, Saint Simon)
2)
Jerman
(Emile Durkheim, Max Webber, Karl Max, George Simmel)
3)
Inggris
(Talcot Parson, dkk)
4)
Amerika
(Robert King Merton, G.H Mead)
Kekuatan pemikiran para tokoh
a)
Agust
Comte : filsafat sosial (positivisme), fisika sosial.
b)
Emile
Durkheim : manusia sebagai makhluk yang selalu mengutamakan kehidupan kelompok.
c)
Karl
Max : manusia adalah makhluk produktif
d)
Max
Webber : manusia adalah makhluk yang paling rasional (menggunakan logika)
e)
Georgeo
Simmel : kehidupan masyarakat selalu diliputi oleh konflik yang melahirkan
perubahan.
f)
Talcot
Parson : kehidupan manusia itu progresif (berkembang) secara pelan-pelan untuk
menjadi lebih baik.
g)
Robert
King Merton : kehidupan selalu diwarnai perubahan yang selalu membawa krisis
(ada titik perlawanan) dan masa transisi.
h)
G.H
Mead : interaksionisme simbolik -manusia adalah makhluk yang paling cerdas
dalam memahami simbol (lambang).
Teori sosiologi modern merupakan bagian dari teori sosiologi
klasik. Teori ini membahas mengenai tokoh-tokoh sosiologi yang mengembangkan
teori-teori sosiologi. Namun untuk mempermudah pemahaman kita maka perlu dibahas
tiga paradigma sosiologi, yaitu paradigma fakta sosial, paradigma definisi
sosial, dan paradigma perilaku sosial, sebagai permulaan sebelum membahas teori
sosiologi modern.
Sosiologi Makro dan Sosiologi Mikro
A.
Teori
Fungsionalisme Struktural
1. Teori Fungsionalisme Struktural menurut Kingsley Davis
Stratifikasi
fungsional yakni tingkatan-tingkatan sosial bahwa didalam masyarakat terdapat
fingsi-fungsi yang berbeda nilai dan fungsinya, strata ini bertujuan untuk
terbentuk secara alamiah (kebutuhan) untuk mencapai individu dalam temapat yang
tepat (kedudukan).
2. Teori Fungsionalisme Struktural menurut Talcott Parsons
Talcott Parsons adalah seorang sosiolog kontemporer dari Amerika
yang menggunakan pendekatan fungsional dalam melihat masyarakat, baik yang
menyangkut fungsi dan prosesnya. Pendekatannya selain diwarnai oleh adanya
keteraturan masyarakat yang ada di Amerika juga dipengaruhi oleh pemikiran
Auguste Comte, Emile Durkheim, Vilfredo Pareto dan Max Weber. Hal tersebut di
ataslah yang menyebabkan Teori Fungsionalisme Talcott Parsons bersifat
kompleks.
Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa
masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan
nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi
perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem
yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian
masyarakat adalah merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain
berhubungan dan saling ketergantungan.
Teori Fungsionalisme Struktural yang mempunyai latar belakang
kelahiran dengan mengasumsikan adanya kesamaan antara kehidupan organisme
biologis dengan struktur sosial dan berpandangan tentang adanya keteraturan dan
keseimbangan dalam masyarakat tersebut dikembangkan dan dipopulerkan oleh
Talcott Parsons
Teori Fungsionalisme Parsons ini dimulai dengan empat fungsi
penting untuk semua system “tindakan”, yang terkenal dengan skema AGIL.
AGIL. Suatu fungsi (function) adalah kumpulan kegiatan yang
ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan system. Dengan
menggunakan definisi ini, Parsons yakin bahwa ada empat fungsi penting
diperlukan semua sistem – adaptation (A), goal attainment (G), integration (I),
dan latensi (L) atau pemeliharaan pola.
Secara bersama-sama, keempat imperative fungsional ini dikenal
sebagai skema AGIL. Agar tetap bertahan (survibe), suatu system harus memiliki
empat fungsi ini:
1) Adaptation
(adaptasi): sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat.
Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan
itu dengan kebutuhannya
2) Goal attainment
(Pencapaian tujuan): sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan
utamanya.
3) Integration
(Integrasi): sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagian-bagian yang
menjadi komponennya.
4) Latency (latensi atau
pemeliharaan Pola): sebuah system harus memperlengkapi memelihara dan
memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang
menciptakan dan menopang motivasi.
3. Fungsional Struktural menurut Robert Merton
Teori Fungsionalisme Struktural yang dikemukakan oleh Robert K.
Merton ternyata memiliki perbedaan apabila dibandingkan dengan pemikiran
pendahulu dan gurunya, yaitu Talcott Parsons. Apabila Talcott Parsons dalam
teorinya lebih menekankan pada orientasi subjektif individu dalam perilaku maka
Robert K. Merton menitikberatkan pada konsekuensi-konsekuensi objektif dari
individu dalam perilaku.
Menurut Robert K. Merton konsekuensi-konsekuensi objektif dari
individu dalam perilaku itu ada yang mengarah pada integrasi dan keseimbangan
(fungsi manifest), akan tetapi ada pula konsekuensi-konsekuensi objektif dari
individu dalam perilaku itu yang tidak dimaksudkan dan tidak diketahui. Oleh
karena itu, menurut pendapatnya konsekuensi-konsekuensi objek dari individu
dalam perilaku tersebut ada yang bersifat fungsional dan ada pula yang bersifat
disfungsional.
Anggapan yang demikian itu merupakan ciri khas yang membedakan
antara pendekatan Robert K. Merton dengan pendekatan fungsionalisme struktural
yang lainnya. perlu diketahui bahwa Teori Fungsional Taraf Menengah yang ia
cetuskan tersebut, merupakan pendekatan yang sesuai untuk meneliti hal-hal yang
bersifat kecil atau khusus dan bersifat empiris dalam sosiologi.
Merton ini lebih menyukai teori yang terbatas atau teori tingkat
menengah, hal ini berbeda dengan gurunya Parsons yang menganjurkan penciptaan
teori-teori besar dan luas cakupannya.
a)
Teori
ini menekankan keteraturan (order), mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan
dalam masyarakat. Yang menjadi konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi
laten, fungsi manifest, dan keseimbangan.
b)
Masyarakat
merupakan suatu sistem sosial, yang terdiri
atas bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam
keseimbangan. Dengan demikian perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan
membawa perubahan pula terhadap bagian lainnya.
c)
Asumsinya,
bahwa setiap struktur dalam sistem sosial berfungsi terhadap sistem yang lainnya
(fungsional). Sebaliknya kalau struktur itu tidak fungsional maka akan hilang
atau tidak ada dengan sendirinya.
d)
Penganut
teori ini cenderung untuk melihat hanya pada sumbangan satu sistem atau
peristiwa terhadap sistem yang lainnya, yang dapat beroperasi menentang
fungsi-fungsi lain dalam suatu sistem sosial.
B.
Teori
Interaksionisme Simbolik
Teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori
sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the self) dan dunia luarnya.
Di sini Cooley menyebutnya sebagai looking glass self. Artinya setiap hubungan
sosial di mana seseorang itu terlibat merupakan satu cerminan diri yang
disatukan dalam identitas orang itu sendiri. Jadi maksudnya kita bisa melihat
atau mengoreksi diri kita dengan melalui orang lain. Esensi dari teori ini
adalah simbol dan makna. Makna adalah hasil dari interaksi sosial. Ketika kita
berinteraksi dengan orang lain, ita berusaha mencari makna yang cocok dengan
orang tersebut. Kita juga berusaha mengintepretasikan maksud seseorang melalui
simbolisasi yang dibangun.
Seperti namanya, teori ini berhubungan dengan media simbol dimana
interaksi terjadi. Tingkat kenyataan sosial sosial yang utama yang menjadi
pusat perhatian interaksionisme simbolik adalah pada tingkat mikro, termasuk kesadaran
subyektif dan dinamika interaksi antar pribadi.
Teori interaksionisme simbolik memberikan gambaran mengenai hakikat
kenyataan sosial yang berbeda secara kontras yang terdapat dalam
interaksionisme simbolik. Bagi interaksionisme simbolik, organisasi sosial
tidak menentukan pola-pola interaksi. Organsisasi muncul dari proses interaksi.
Akar dari teori interaksionisme simbolik yang merupakan yang
terpenting dalam karya Mead adalah
pragmatisme dan behaviorisme. Pragmatisme adalah pemikiran filsafat yang
meliputi banyak hal. Ada beberapa aspek pragmatisme yang mempengaruhi orientasi
sosiologis. Namun diantara empat aspek itu ada tiga yang penting bagi
interaksionisme simbolik. Pertama, adalah memusatkan perhatian pada interaksi
antara aktor dan dunia nyata. Kedua, memandang baik aktor maupun dunia nyata
sebagai proses dinam.is dan bukan sebagai struktur statis. Ketiga, arti penting
yang dihubungkan kepada kemampuan aktor untuk menafsirkan kehidupan sosial.
Sementara behaviorisme berpendapat bahwa manusia harus dipahami berdasarkan apa
yang harus dilakukan.
Pemikiran terpenting dalam
interaksionisme simbolik adalah pemikiran
George H. Mead. Menurut Mead dari dunia sosial itulah muncul kesadaran,
pikiran, diri, dan seterusnya atau yang terkenal dalam buku Mead yaitu Mind,
Self, and Society. Menurut Mead dalam tindakan sosial ada empat tahapan yang
saling berhubungan. Yaitu impuls, persepsi, manipulasi, dan konsumiasi. Mead
juga mengatakan bahwa dalam tindakan sosial ada mekanisme dasarnya yaitu sikap
isyarat. Sikap isyarat ini bisa berupa isyarat signifikan dan isyarat
nonsignifikan. Isyarat sisgnifikan ini berupa bahasa yang merupakan fakttor
penting dalam pekembangan khusus kehidupan manusia. Bahasa ini menjadi simbol
sisgnifikan yang membedakan manusia dengan binatang. Binatang bisa membuat
isyarat suara tapi isyarat suara itu tak sisgnifikan bagi binatang lain. Hanya
manusia yang bisa membuat simbol signifikan yang disebut bahasa. Bahasa ini
punya fungsi menggerakkan tanggapan yang sama di pihak individu yang berbicara
dan juga di pihak lannya. Isyarat signifikan ini merupakan isyarat yang jauh
lebih efektif dan memadai untuk saling menyesuaikan diri dalam tindakan sosial
menurut Mead daripada isyarat nonsignifikan.
Yang paling penting dari teori Mead ini adalah fungsi lain simbol
signifikan, yakni memungkinkan proses mental,berpikir. Simbol signifikan ini
juga berarti interaksi simbolik. Artinya orang dapat saling berinteraksi tidak
hanya melalui isyarat tapi juga melalui simbol sisgnifikan. Bahkan interaksi dengan melalui simbol yang
signifikan berupa bahasa, kita akan lebih mudah untuk saling memahami makna
yang ingin disampaikan. Dengan begitu interaksi akan berlangsung jauh lebih
efektif daripada hanya menggunakan isyarat atau simbol yang tak signifikan
saja.
C.
Teori
Pertukaran (sebab-akibat)
Prinsip-prinsip dasar teori pertukaran
1.
Memusatkan
perhatian pada terjadinya konsep “untung-rugi” dalam masyarakat sebagaiman
madzhab ekonomi.
2.
Konsep
“cost-reward” berlaku dalam tindakan sosial masyarakat.
3.
Adanya
perilaku yang nyata, bukan tindakan yang subjektif.
4.
Setiap
tindakan individu harus dimaknai sebagai keinginan untuk menghindari
penderitaan atau masalah yang lebih sulit.
5.
Perilaku
kerjasama, ketergantungan merupakan bentuk pertukaran.
6.
Solidaritas
sosial, memiliki unsur pertukaran.
7.
Interaksi
sosial : transaksi sosial (pertukaran).
8.
Semua
tindakan sosial ditunjukkan untuk mendapat balasan.
Teori pertukaran dibagi menjadi dua pertukaran langsung dan tidak
langsung;
a.
Pertukaran
langsung
Melibatkan dua orang si A dan si B, kedua belah pihak ini terlibat
secara timbal balik secara emosional membentuk segmental (kekuatan kelompok).
b.
Pertukaran
tidak langsung
Si A > B > C > D > A, melibatkan banyak orang.
Pertukaran ini menyumbang integrasi akan solidaritas kelompok yang lebih besar
dengan cara yang efektif.
Pertukaran menurut Levis Strauss
·
Pertukaran
adalah untuk komitmen moral individu kelompok
·
Pertukaran
ekonomi dan pertukaran sosial menjadi motivasi individu atau kelompok menjadi
integrasi.
·
Lahirnya
teori pertukaran ini dilatarbelakangi oleh situasi konfrontasi polemik antara
orientasi individualistik dan kolektivitis.
·
Setiap
individu dalam melaksanakan integrasi selalu mempertimbangkan ekonomi (materi)
dan sosial.
·
Setiap
individu memiliki komitmen moral kepada kelompok untuk melakukan
transaksi-transaksi sosial
·
Teori
pertukaran dilatarbelakangi adanya kepentingan individualistik dari seorang
kapitalis.
Pertukaran menurut George Homans
·
Konsep
pertukarannya didasari oleh konsep psikologi perilaku dan perilaku ekonomi.
·
Integrasi
sosial diciptakan oleh individu.
·
Integrasi
lebih menekankan adanya tuntutan emosional atau psikologis.
·
Kelompok
kecil merupakan satuan dasar yang terdapat dalam semua tipe struktur sosial
budaya.
·
Individu
sebagai peranan utama dalam kelompok
Pertukaran menurut Peter Blau
·
Prinsip
pertukaran didasari atas perilaku dasar manusia yang selalu mengharap imbalan.
·
Perilaku
altristik didorong oleh untuk mendapat pujian sosial.
·
Dengan
imbalan dan pujian sosial individu dalam berinteraksi selalu didasari oleh
kebutuhan orang lain (prilaku ini di gambarkan seperti orang yang sedang jatuh
cinta) yakni adanya komitmen hubungan timbal balik, daya tarik emosional.
·
Prilaku
altruistik yaitu prilaku sedekah atau care.
D.
Teori
Perubahan Sosial
Prinsip perubahan sosial
1)
Gejala
yang wajar yang timbul dari interaksi manusia
2)
Karena
adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat
(geografis, biologis, ekonomi, atau kebudayaan)
3)
Perubahan
bersifat priodik dan priodik
4)
Perubhan
merupakan lingkaran kejadian-kejadian.
Istilah perubahn yang sering digunakan untuk menyatakan perubahan
sosial;
·
Evolution.
·
Development
= perubahn yang lebih baik.
·
Progress
= berkelanjutan.
Semuanya meyatakan suatus perjalanan dari yang relatif sederhana,
seragam, menuju keadaan tertentu yang lain kompleks, beragama dan heterogen.
Perubahan sosial dan perubahan kultural
·
Perubahn
ekonomi membawa dampak pada perubahan gaya hidup
·
Kemajuan
teknologi mempengaruhi cara kerja manusia
·
Penguasaan
ilmu pengetahuan mempengaruhi sistem cara pandang dan pikir masyarakat.
Ekonomi – ilmu pengetahuan – teknologi, saling berkaitan.
Arah perubahan
sosial, dapat dijelaskan dalam dua bentuk;
1)
Diskripsi,
membandingkan dengan keadaan sebelumnya, ekonomi keluarga; -dahulu setiap
keluarga memiliki peranan dalam keluarga ayah, ibu dan anak-anak. -Sekarang
peranan itu telah digantikan oleh orang tua sepenuhnya, sementara anak hanya
berkewajiban sekolah, terdapat perbedaan peran.
2)
Interpretasi
Analisi; perubahan fungsi gender, fungsi perempuan telah berubah, dari fungsi
domestik kedalam keadaan fungsi publik. Apakah hal in menunjukkan peran
perempuan menjadi lebih besar? Atau justru sekarang perempuan dieksploitasiu
kedalam peran ganda
Makna perubahan sosial, menurut :
1)
Pitirim
A. Sorokin
-
Perubahan
yang selalu cenderung membawa unsur yang tetap dan tertentu, tidak akan
berhasil dengan baik.
-
Tidak
ada perubahan yang bersifat melingkar.
2)
Jhon
Levis Gilin
Perubahan
adalah variasi dari cara hidup yang diterima, yang disebabkan oleh faktor
geografis, kebudayaan materi, komposisi penduduk, ideologi, penemuan baru.
3)
Wilbert
E. Moore
-
Perubahan
merupakan hal yang normal.
-
Bagi
masyarakat atau kebudayaan manapun, perubhan cepat dan tetap.
-
Perubahan
bukan hal yang parsial, bukan sementara, bukan krisis sementara.
E.
Teori
Konflik
Teori konflik sebagian berkembang sebagai reaksi terhadap
fungsionalisme struktural dan akibat kritik. Pendirian teori konflik dan teori
fungsionalis disejajarkan. Menurut fungsionalis, masyarakat adalah statis atau
masyarakat masyarakat berada dalam keadaan berubah secara seimbang. Tetapi
menurut darendorf, dan teori konflik lainnya, setiap masyarakat setiap saat
tunduk pada proses perubahan.fungsionalis menekankan keteraturan masyarakat,
sedangkan teoritisi konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial.
Fungsionalis menyatakan bahwa setiap elemen masyarakat berperan dalam menjaga
stabilitas. Teoritisi konflik melihat berbagai elemen kemasyarakatan menyumbang
terhadap disintegrasi dan perubahan.
Fungsionalis cenderung melihat masyarakat secara informal diikat
oleh norma, nilai dan moral. Teoritisi konflik melihat apapun keteraturan yang
terdapat dalam masyarakat berasal dari pemaksaan terhadap anggotanya oleh
mereka yang berada di atas. Fungsionalis memusatkian perhatian pada kohesi yang
diciptakan oleh nilai bersama masyarakat.
1)
Teori
ini dibangun untuk menentang secara langsung teori fungsionalisme struktural.
Tidaklah mengherankan apabila proposisi yang dikemukakan oleh penganutnya
bertentangan dengan teori fungsionalisme struktural. Tokoh utama teori ini
adalah Ralf Dahrendrof.
2)
Masyarakat
senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai dengan pertentangan yang
terus menerus diantara unsur-unsurnya.
3)
Setiap
elemen dalam masyarakat akan memberi dukungan bagi disintegrasi sosial. Bertentangan dengan teori fungsionalisme struktural, yang
menganggap bahwa setiap elemen atau institusi dapat memberikan dukungan
terhadap stabilitas.
4)
Keteraturan
dalam masyarakat itu hanya disebabkan oleh adanya tekanan atau pemaksaan dari
golongan yang berkuasa. Sedangkan dalam teori fungsionalisme struktural, semua
yang teratur dalam masyarakat adalah karena adanya nilai-nilai moralitas umum.
5)
Tesis
sentral teori ini adalah wewenang dan posisi. Keduaya merupakan fakta sosial.
Intinya adalah “distribusi kekuasaan dan wewenang secara tidak merata, tanpa
kecuali menjadi faktor yang menentukan konflik secara sistematis”.
6)
Berghe
mengemukakan empat fungsi dari adanya konflik (masalah), yaitu:
a)
Sebagai
alat untuk memelihara solidaritas.
b)
Membantu
menciptakan ikatan aliansi dengan kelompok lainnya.
c)
Mengaktifkan
peran individu yang semula terisolasi.
d)
Konflik
berfungsi sebagai komunikasi.
Sementara itu, teori konflik ini juga telah dikritik dengan
berbagai alasan. Misalnya, teori ini diserang karena mengabaikan ketertiban dan
stabilitas, sedangkan fungsionalisme struktural diserang karena mengabaikan
konflik dan perubahan. Teori konflik juga dikritik karena berideologi radikal,
sedangkan fungsionalisme dikritik karena ideologi konservatifnya. Bila
dibandingkan dengan fungsionalisme struktural, teori konflik tergolong
tertinggal perkembangannya.
Kritik yang dilancarkan terhadap teori konflik dan fungsionalisme
struktural maupun kekurangan yang melekat di dalam masing-masing teori itu,
menimbulkan beberapa upaya untuk mengatasi masalahnya dengan merekonsiliasi
atau mengintegrasikan kedua teori itu. Asumsinya adalah bahwa dengan kombinasi
maka kedua teori itu akan menjadi lebih kuat ketimbang masing-masing berdiri
sendiri.
Pemikiran awal tentang fungsi konflik sosial berasal dari George
Simmel, tetapi diperluas oleh Coser, yang menyatakan bahwa konflik dapat
membantu mengeratkan ikaatan kelompok yang terstruktur secara longgar.
Masyarakat yang mengalami disintegrasi atau berkonflik dengan masyarakat lain,
dapat memperbaiki kepaduan integrasi.
Konflik juga membantu fungsi komunikasi. Sebelum konflik,
kelompok-kelompok mungkin tak percaya terhadap posisi musuh mereka. Tetapi
akibat konflik posisi dan batas antarkelompok ini sering menjadi diperjelas.
Karena itu individu bertambah mampu memutuskan untuk mengambil tindakan yang
tepat dalam hubungannya dengan musuh mereka. Konflik juga memungkinkan pihak
yang bertikai menemukan ide yang lebih baikmengenai kekuatan relative merekadan
menigkatkan kemungkinan untuk saling mendekati atau saling berdamai.
The Best Casino | Dr.Mcd.com
ReplyDeleteThe Best Casino. Casino in Las Vegas. Experience a luxurious 서산 출장안마 experience at a low-stakes casino 동두천 출장마사지 and enjoy a luxurious vacation 광주광역 출장샵 with us 삼척 출장안마 on 충청북도 출장마사지 our