Skip to main content

HELLENISME


HELENISME
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“FILSAFAT UMUM”

Dosen pembimbing
SAIFUL MUJAB, S.TH.I., MA.

 

Disusun oleh:
  1.Riadhotul Jannah       (933100615)
2.Prasetyaningtias      (933100915)
3.Moh.Ghozali           (933101815)
 4.Fahmi fakhruddin G (933102515)

JURUSAN USHULUDDIN
PRODI PERBANDINGAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI  AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI
2016
KATA PENGANTAR

Dengan puji Syukur kehadirat Allah senantiasa melimpahkan Rahmad dan Hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik meskipun jauh dari kesempurnaan.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang  telah menunjukkan kepada kita semua dari jalan yang batil menuju jalan yang hak yaitu dengan adanya Agama islam.
Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada Bapak Mujab selaku Dosen matakuliah filsafat umum  yang telah membimbing kami dengan sebaik-baiknya dalam pembuatan makalah ini. Dan apabila masih banyak kekurangan di dalam makalah ini,  kami sangat mengharapkan atas kritik dan saran bapak demi sempurnanya makalah kami.




                                                                                               Kediri, 01 Maret  2016

                                                                                             Penulis





BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
    Filsafat yunani yang sampai kepada dunia islam tidak lah mentah-mentah seperti yang ditinggalkan orang yunani saja namun pemikiran yunani tentang filsafat sampai pada mereka melalui pemikiran helenisme romawi yang mempunyai ciri khas dan corak tertentu yang mempengaruhi filsafat itu sendiri, maka di dalam fase dua diantara fase helenisme dan fase helenisme romawi memberikan ulasan-ulasan tentang pikiran-pikiran filsafat yang sampai pada dunia islam.
     Di dalam sejarah filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah Berjaya, juga pernah kalah, pernah juga kedua duanya menang. Di antara keduanya dalam sejarah, telah terjadi pergumulan berebut dominasi dalam mengendalilkan kehidupan manusia. Akal itulah yang menghasilkan pengetahuan logis yang disebut filsafat. Sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan mistik, iman termasuk disini.
Cirri umum filsafat yunani ialah rasionalisme. Rasionalisme yunani itu mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. Untuk melihat rasionalisme sofis perlu dipahami lebih dulu latar belakangnya. Latar belakang itu terletak pada pemikiran filsafat yang ada sebelumnya.

B.Rumusan Masalah
Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam kajian diatas, maka akan ada terciptanya suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1)    Bagaimana sejarah Filsafat Helenisme ?
2)    Apa saja aliran-aliran dalam Helenisme ?
3)    Siapakah Alexander De Great itu ?

C.Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui sejarah Filsafat Helenisme.
2.    Untuk mengetahui aliran-aliran dalam Helenisme.
3.    Untuk mengetahui  Alexander  De Great.

1.Helenisme
Sebelum lahirnya filsafat islam, baik di dunia timur maupun di dunia barat telah terdapat bermacam-macam alam pikiran, diantaranya yang terkenal ialah pikiran Mesir Kuno, pikiran Suyuria meria, Babylonia, dan Assyuria, pikiran iran, pikiran india, pikiran cina, dan pikiran yunani. Boleh jadi, pikiran-pikiran iran dan india sedikit banyak telah memberikan sumbangannya pada pembentukan filsafat islam, tetapi yang tampak jelas sekali hubungannya, bahkan menjadi sumber (bukan sumber utama) bagi filsafat islam ialah filsafat yunani.
Filsafat yunani yang sampai kepada dunia islam tidaklah seperti yang ditinggalkan oleh orang-orang yunani sendiri, baik melalui orang-orang masehi Nestoria dan jakobites maupun melalui golongan-golongan lainnya. Akan tetapi, filsafat sampai kepada mereka melalui pemikiran Helenisme romawi yang mempunyai ciri khas dan corak tertentu yang itu sendiri. memengaruhi filsafat Oleh karena itu, tidak semua fikiran-fikiran filsafat yang sampai pada dunia islam berasal dari yunani, baik dalam teks-teks aslinya maupun ulasan-ulasannya, melainkan hasil dari dua fase yang berturut-turut, yaitu “fase Helenisme” dan “fase Helenisme romawi”. Oleh karena itu, dalam fikiran filsafat terdapat dua corak yang berbeda atau dua corak yang bercampur, sesuai dengan perbedaan alam fikiran pada dua masa yang membicarakannya.
Fase Helenisme ialah fase ketika pemikiran filsafat hannya dimiliki oleh orang-orang yunani, yaitu sejak abad ke-6 atau ke-5 sebelum masehi sampai akhir abad ke-4 sebelum masehi. Adapun fase helenisme romawi (greko romawi) ialah fase yang datang sesudah fase helenisme dan meliputi semua pemikiran filsafat yang ada pada masa kerajaan romawi, yang ikut serta membicarakan peninggalan pikiran yunani, antara lain pemikiran romawi di barat dan pemikiran di timur yang ada di mesir dan syiria. Fase ini dimulai dari akhir abad ke-4 sebelum masehi sampai pertengahan abad ke-6 masehi di Bizantium dan Roma, atau sampai pertengahan abad ke-7 masehi di Iskandariah, atau sampai abad ke-8 Masehi di Siria dan Irak, yaitu aliran Urfa, Ar-Ruha, Nisssibis, dan Athiochia, atau sampai masa penerjemahan di dunia Arab. Kedua fase tersebut mempunyai ciri khas tersendiri.
Sebelum filsafat yunani muncul, kebudayaan yunani telah mencitrakan khas berfikir yang filosofi, sebagaimana mitos-mitos yang berkembang di yunani adalah bagian yang menentukan kelahiran filsafat. Oleh karena itu, filsafat yunani bukan semata-mata hasil ciptaan kaum filosof, tetapi merupakan kelanjutan dari kultur yunani sebelum masa filsafati. Bahkan mulanya, filsafat di yunani lahir untuk melepaskan diri dari kekuasaan aliran agama bersahaja yang menyebarkan ajaran agamanya dengan doktrin dan kekuasaan. Lebih dari itu, filsafat mengajarkan segala hal yang benar menurut ukuran rasio, dan standar kebenaran adalah rasio itu sendiri. Apa yang dibenarkan oleh akal fikiran dinamakan filsafat sedangkan segala sesuatu yang irrasional dikategorikan sebagai “ajaran agama yang penuh dengan mitos”.
Dalam filsafat yunani, unsur-unsur agama bersahaja yang berhalain sangat kental, antara lain kepercayaan tentang adanya banyak zat yang membekasi alam dan yang menjadi sumber gejala peristiwa alamiah meskipun dalam bentuk yang berbeda dengan ajaran agama yunani sendiri karena zat yang terbilang dalam agama itu dinamakan “dewa-dewa” sedangkan dalam filsafat disebut  “akal benda-benda langit”, sebagaimana yang paham tentang  “akal bulan” dengan “akal manusia”.  Menurut filsafat yunani bukan hanya sebab yang pertama (firts cause) yang memengaruhi alam, tetapi juga ada kekuatan-kekuatan lain yang ikut serta memengaruhinya, yaitu akal-akal yang menggerakkan benda-benda langit.
Demikian pula api herakleitos yang dianggap sebagai asal kejadian alam boleh jadi karena pengaruh pemujaan api yang dikenal oleh agama-agama itu pada umumnya dan sampai di yunani sesudah adanya pertemuan antara barat dengan timur.
Ciri pemikiran filsafat yunani ialah adanya cara berfikir yang tidak relevan dengan realitas yang ada atau keberadaan yang benar-benar nyata menurut pemahaman filosofis bukan eksistensi yang sesungguhnya, karena setiap realitas menyembunyikan hakikatnya yang paling hakiki, sebagaimana adanya api yang kemudian padam. Lalu, orang mencari kemana perginya api. Apakah berubah menjadi benda lain atau bersembunyidi dalam benda lain sehingga gesekan besi dapat mengeluarkan api, bahkan gesekan batu dan kayu yang kering ?oleh karena itu, hakikat api yang sesungguhnya bukan realitas yang biasa terlihat secara awam, melainkan terletak di balik keberadaannya yang dapat berubah-ubah dengan dimensi ruang dan waktu yang berbeda. Cara berfikir model demikian dipandang sebagai ciri filsafat, yang kemudian disebut sebagai “ketidakselarasan” antara logika dan realitas.
Sebagaimana teori ide dari plato yang merupakan usaha integrasi antara dua pemikiran yang berlawanan, Herakleitos dan pengikut-pengikutnya mengatakan bahwa segala sesuatu selalu berubah (perpetual flux, panta rhei), dan pendapat ini telah di ubah oleh Phytagoras, tokoh aliran sofisme, menjadi ajaran yang mengatakan bahwa manusia menjadi ukuran segala sesuatu (man is the measure of all things). Kebalikan dari Herakleitos ialah parmenides, terkenal dengan ajaran aliran Elea, yang mengatakan bahwa semua wujud ini satu, tidak ada yang banyak, yang satu tersebut tetap, dan dalam ini tidak ada perubahan. Kedua pendapat yang berlawanan ini di padukan oleh plato, dengan mengatakan adanya dua alam, yaitu “alam yang nyata”(real), dan “alam indrawi”(sensible).
Meskipun Plato dan Aristoteles berhasil memadukan pikiran-pikiran filsafat sebelumnya, keduanya tidak dapat melarutkanya sama sekali, karena pemikiran filsafatnya bermacam-macam aliran yang boleh jadi berbeda –beda pandanganya terhadap hidup dan alam ini, Aliran-aliran ini adalah:
1.“Natural phylosophy dengan Democritus sebagai tokohnya dan filosof  Lonia menurut mereka “alam itu abadi”.
2. “Aliran Ketuhanan”  yang mengakui zat yang metafisik, di wakili oleh aliran Elea dan Socrates, bahwa sumber indrawi adalah sesuatu yang berada di luarnya.
3. “Aliran Mistik” dengan Phythagoras sebagai tokohnya, aliran ini mengajarkan kepada manusia untuk meninggalkanya(mengingkari alam indrawi), serta menuju kepada alam yang penuh kesempurnaan, kebahagiaan, kebebasan mutlak, sesudah terikat oleh benda alam ini.
4. “Aliran Kemanusiaan” yang menghargai manusia setinggi-tingginya, serta menganggap manusia sebagai ukuran kebenaran aliran ini di wakili oleh socrates dan golongan “sofis”, meskipun ada perbedaan antara dia dengan mereka.(A. Hanafi, 1991 : 27-38)

2.Aliran-aliran pada fase Hellenisme-Romawi
1. Aliran  Stoa (Ar-Riwaqiyyah)  dengan  zeno  sebagai pendirinya. Ia mengajarkan agar manusia jangan sampai bisa di gerakan oleh kegembiraan atau kesedihan (jadi tahan diri dalam mengahadapinya) dan menyerahkan diri tanpa syarat kepada suatu keharusan yang tidak bisa di tolak dan yang menguasai segala sesuatu.
2. Aliran Epicure, dengan Epicurus sebagai pendirinya, Aliran ini mengajarkan bahwa kebahagiaan manusia merupakan tujuan utama.
3. Aliran mistik dan Pythagoras sebagaitokohnya, yang bermaksud memperkecil atau mengingkari nilai alam indrawi, dan oleh karena itu aliran ini  menganjurkan kepada manusia untuk meninggalkannya, serta menuju kepada alam yang penuh kesempurnaan, kebahagiaan dan kebebasan mutlak, sesudah terikat oleh benda alam ini.
4. Aliran kemanusiaan yang menghargai manusia setinggi-tingginya dan mengakui kesanggupannya untuk mencapai pengetahuan, serta menganggap manusia sebagai ukuran kebenaran. Aliran ini diwakili oleh Socrates dan golongan  “sofis”  meskipun ada perbedaan antara dia dengan mereka.

1. Kaum Sinis (Sinisme 300 SM)
Diceritakan bahwa suatu hari Socrates sedang berjalan di pasar dan menatap kedai yang menjual berbagai macam barang, kemudian ia berkata “ betapa banyak benda yang tidak kuperlukan “ . Dari perkataan inilah yang menjadi moto aliran Sinis, yang dimana didirikan oleh Antisthhenes di Atena pada tahun400SM.
Dalam konsep pemikirannya lebih menekankan pada kebahagian sejati yang tidak terdapat pada kelebihan lahiriah seperti meteri, kekuasaan politik atau kesehatan yang baik. Kebahagian sejati terletak pada ketidaktergantungan pada segala sesuatu yang seperti itu. Karena kebahagian tidak terletak pada keuntungan-keuntungan semacam hal tersebut, semua orang bisa meraihnya.
Pada kaum Sinis yang paling terkenal adalah Diogenes, seorang murid dari Anitisthenes yang konon hidupnya dalam sebuah tong dan tidak memiliki sesuatu apapun. Kecuali mantel, tongkat dan kantong roti. Suatu hari, ketika duduk di samping tongnya untuk menikmati cahaya matahari, kemudian dia dikunjungi oleh Alexander Agung. Sang Maharaja berdiri dihadapannya dan bertanya apakah ada sesuatu yang bisa menbantu Diogenes. Diogenes menjawab “iya” kemudian melanjutkan ucapanya “bergeserlah kesamping, anda menghalangi matahari “ dari jawaban tersebut Diogenes membuktikan bahwa dia tidak kalah bahagia dan kaya dengan pria Agung di hadapannya, dengan sebuah pencapaian yang sudah memilikisemuayangdiinginkan.
Kaum Sinis percaya bahwa orang tidak perlu memikirkan kesehatan dirinya. Apalagi dengan sampai kematian mengganggu mereka. Dan juga mereka tidak boleh memikirkan diri tersiksa karena memikirkan kesengsaraan orang lain. Kini istilah “Sinis” dan “Sinisme” diartikan ketidakperdulian dan cemooh pada ketulusan manusia, dan kedua istilah ini menunjukkan ketidakpekaan terhadap manusia.
2. Kaum Stoa/Stoa (340 SM)
Pendirinya adalah Zeno dari Kition. Ia dilahirkan di Kition pada tahun 340 sebelum Masehi. Awalnya ia hanyalah seorang saudagar yang suka berlayar. Suatu ketika kapalnya pecah di tengah laut. Dirinya selamat, tapi hartanya habis tenggelam. Karena itu entah mengapa ia berhenti berniaga dan tiba-tiba belajar filsafat. Ia belajar kepada Kynia dan Megaria, dan akhirnya belajar pada academia di bawah pimpinan Xenokrates, murid Plato yang terkenal.
Setelah keluar ia mendirikan sekolah sendiri yang disebut Stoa. Nama itu diambil dari ruangan sekolahnya yang penuh ukiran Ruang, dalam bahasa Grik ialah “Stoa”. Tujuan utama dari ajaran Stoa adalah menyempurnakan moral manusia. Dalam literatur lain disebutkan bahwa pokok ajaran etik Stoa adalah bagaimana manusia hidup selaras dengan keselarasan dunia. Sehingga menurut mereka kebajikan ialah akal budi yang lurus, yaitu akal budi yang sesuai dengan akal budi dunia. Pada akhirnya akan mencapai citra idaman seorang bijaksana; hidup sesuai dengan alam.
Ajarannya tidak jauh beda dengan Epikuros yang terdiri dari tiga bagian, yaitu logika, fisika dan etik.
A. Logika.
Menurut kaum Stoa, logika maksudnya memperoleh kriteria tentang kebenaran. Dalam hal ini, mereka memiliki kesamaan dengan Epikuros. Apa yang dipikirkan tak lain dari yang telah diketahui pemandangan. Buah pikiran benar, apabila pemandangan itu kena, yaitu memaksa kita membenarkannya. Pemandangan yang benar ialah suatu pemandangan yang menggambarkan barang yang dipandang dengan terang dan tajam. Sehingga orang yang memandang itu terpaksa membanarkan dan menerima isinya.
Apabila kita memandang sesuatu barang, gambarannya tinggal dalam otak kita sebagai ingatan. Jumlah ingatan yang banyak menjadi pengalaman. Kaum Stoa bertentangan pendapatnya dengan Plato dan Aristoteles. Bagi Plato dan Aristoteles pengertian itu mempunyai realita, ada pada dasarnya. Ingat misalnya ajaran Plato tentang idea. Pengertian umum, seperti perkumpulan, kampung, binatang dan lain sebagainya adalah suatu realita, benar adanya. Sedangkan menurut kaum Stoa, pengetian umum itu tidak ada realitanya, semuanya itu adalah cetakan pikiran yang subjektif untuk mudah menggolongkan barang-barang yang nyata. Hanya barang-barang yang kelihatan yang mempunyai realita, nyata adanya. Seperti orang laki-laki, orang perempuan, kuda putih, kucing hitam adalah suatu realita. Pendapat kaum Stoa ini disebut dalam filsafat pendapat nominalisme, sebagai lawan dari realisme.
B. Fisika.
Fisika kaum Stoa tidak saja memberi pelajaran tentang alam, tetapi juga meliputi teologi. Zeno sebagai pendiri Stoa, menyamakan Tuhan dengan dasar pembangun. Dasar pembangun ialah api yang membangun sebagai satu bagian daripada alam. Tuhan itu menyebar ke seluruh dunia sebagai nyawa, seperti api yang membangun menurut sesuatu tujuan. Semua yang ada tak lain dari api dunia itu atau Tuhan dalam berbagai macam bentuk.
Menurut mereka dunia ini akan kiamat dan terjadi lagi berganti-ganti. Pada akhirnya Tuhan menarik semuanya kembali padanya, oleh karena itu pada kebakaran dunia yang hebat, itu semuanya menjadi api. Dari api Tuhan itu, terjadi kembali dunia baru yang sampai kepada bagiannya yang sekecil-kecilnya serupa dengan dunia yang kiamat dahulu.
Fisika kaum stoa ini menjadi pandangan hidupnya. Karena semua yang terjadi di dunia ini berlaku menurut hukum alam serta rasio, serta adanya tuhan untuk keselamatan kaum manusia, kaum stoa mempunyai pandangan hidup yang optimis, semuanya terjadi menurut kemestian dalam edaran yang tetap, terima itu dengan senang dan gembira.
C. Etik.
Inti dari filsafat Stoa adalah etiknya. Maksud etiknya itu ialah mencari dasar-dasar umum untuk bertindak dan hidup yang tepat. Kemudian malaksanakan dasar-dasar itu dalam penghidupan. Pelaksanaan tepat dari dasar-dasar itu ialah jalan untuk mengatasi segala kesulitan dan memperoleh kesenangan dalam penghidupan. Kaum Stoa juga berpendapat bahwa tujuan hidup yang tertinggi adalah memperoleh “harta yang terbesar nilainya”, yaitu kesenangan hidup. Kemerdekaan moril seseorang adalah dasar segala etik pada kaum Stoa.
3. Epikuros (341 SM)
Epikuros dilahirkan di samos pada tahun 341 SM. Pada tahun 306 ia mulai belajar di Athena, dan di sinilah ia meninggal pada tahun 270. Filsafat Epikuros diarahkan pada satu tujuan belaka; memberikan jaminan kebahagiaan kepada manusia. Epikuros berbeda dengan Aristoteles yang mengutamakan penyelidikan ilmiah, ia hanya mempergunakan pengetahuan yang diperolehnya dan hasil penyelidikan ilmu yang sudah ia kenal, sebagai alat untuk membebaskan manusia dari ketakutan agama. Yaitu rasa takut terhadap dewa-dewa yang ditanam dalam hati manusia oleh agama Grik lama. Menurut pendapatnya ketakutan kepada agama itulah yang menjadi penghalang besar untuk memperoleh kesenangan hidup. Dari sini dapat diketahui bahwa Epikuros adalah penganut paham Atheis.
Epikuros adalah seorang filosof yang menginginkan arah filsafatnya untuk mencapai kesenangan hidup. Oleh karena itu tidak heran jika filosof yang satu ini menganut paham atheis. Hal ini semata-mata ia lakukan untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna, tanpa ada yang membatasi.  Menurutnya filsafat dibagi menjadi tga bagian, yaitu logika, fisika dan etik.
A.Logika.
Epikuros berpendapat bahwa logika harus melahirkan norma untuk pengetahuan dan kriteria untuk kebenaran. Norma dan kriteria itu diperoleh dari pemandangan. Semua yang kita pandang itu adalah benar. Baginya pandangan adalah kriteria .yang setinggi-tingginya untuk mencapai kebenaran. Logikanya tidak menerima kebenaran sebagai hasil pemikiran. Kebenaran hanya dicapai dengan pemandangan dan pengalaman.
B. Fisika.
Teori fisika yang ia ciptakan adalah untuk membebaskan manusia dari kepercayaan pada dewa-dewa. Ia berpendapat bahwa dunia ini bukan dijadikan dan dikuasai dewa-dewa, melainkan digerakkan oleh hukum-hukum fisika. Segala yang terjadi disebabkan oleh sebab-sebab kausal dan mekanis. Tidak perlu dewa-dewa itu diikutsertakan dalam hal peredaran alam ini. Manusia merdeka dan berkuasa sendiri untuk menentukan nasibnya. Segala fatalisme berdasar kepada kepercayaan yang keliru. Manusia sesudah mati tidak hidup lagi, dan hidup di dunia ini terbatas pula lamanya, maka hidup itu adalah barang sementara yang tidak ternilai harganya. Sebab itu, menurutnya hidup adalah untuk mencari kesenangan.
Dari pandangan fisika yang dikemukakan Epikuros, sangat terlihat bahwa ia adalah penganut paham atheisme. Teori-teori yang ia ciptakan adalah untuk menihilkan peran Tuhan di dunia ini.
C. Etik.
Ajaran etik epikuros tidak terlepas dari teori fisika yang ia ciptakan. Pokok ajaran etiknya adalah mencari kesenangan hidup. Kesenangan hidup ialah barang yang paling tinggi nilainya. Kesenangan hidup berarti kesenangan badaniah dan rohaniah. Badan terasa enak, jiwa terasa tentram. Yang paling penting dan mulia menurutnya ialah kesenangan jiwa.
Dari ketiga ajaran Epikuros, jika diaktualisasikan ke dalam agama Islam maka akibatnya bisa fatal sekali. Seorang muslim akan menjadi atheis ketika mengikuti ajaran Epikuros ini. Di sinilah bahaya filsafat jika kita telan mentah-mentah tanpa ada proses penyaringan terlebih dahulu. Apalagi jika tidak dilandasi dengan akidah yang kuat.
4.NEOPLATONISME
Pengertian Neoplatonisme : adalah filsafat yang diilhami dari plato dan filsafat ini pula yang paling mengagumkan pada periode helenistik akhir .
Pada akhir dunia kuno kira kira 5 abad sesudah aristoteles, bangkitlah lagi pemikiran filsafat kuno dan untuk yang terakhir yaitu di dalam neo-platonisme.di sini semua pemikiran filsafat bukan hanya di kumpulkan melainkan di susun secara sistematis dan, system ini di bentuk pada abad 2 M, dan bertahan sampai abad ke 6 M. waktu pembentukannya ini menunjukan ,bahwa kebangkitan pemikiran filsafat kuno bersama dengan timbulnya agama Kristen bahkan dalam pergumulan yang dahsyat dengan agama yang baru itu, Karena neoplatonisme pada saat itu dapat di pandang sebagai usaha terakhir roh yunani untuk menentang agama Kristen yang sedang tumbuh. Dengan neo – platonisme itu ajaran plato hendak di hidupkan kembali, mengerakan sistim yang baik dan sesuai dengan perkembanganzaman.
3.Alexander De Great
Alexander Agung  dalam bahasa inggris dikenal sebagai Alexander the Great adalah seorang penakluk atau pemimpin terbesar yang pernah ada asal Makedonia. Ia diakui sebagai salah seorang pemimpin militer paling jenius sepanjang zaman. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir separuh dunia.  Ia juga menjadi inspirasi bagi penakluk-penakluk seperti Hannibal, Pompey dan Caesar dari Romawi, dan Napoleon. Dalam masa pemerintahannya yang singkat, Alexander mampu menjadikan Makedonia sebagai salah satu kekaisaran terbesar Didunia.
   
Alexander dilahirkan pada tanggal 20 Juni 356 SM di Pella, ibu kota Makedonia, sebagai anak dari Raja Makedonia, Fillipus II, dan istrinya Olympias, seorang Putri dari Epirus. Ketika kecil, ia menyaksikan bagaimana ayahnya memperkuat pasukan Makedonia dan memenangkan berbagai pertempuran di wilayah Balkan. Ketika berumur 13 tahun, Raja Filipus mempekerjakan filsuf Yunani terkenal, Aristoteles, untuk menjadi guru pribadi bagi Alexander. Dalam tiga tahun, Aristoteles mengajarkan berbagai hal serta mendorong Alexander untuk mencintai ilmu pengetahuan, kedokteran, dan filosofi. Pada tahun 340 SM, Filipus mengumpulkan sepasukan besar tentara Makedonia dan menyerang Byzantium. Selama penyerangan itu, ia memberikan kekuasaan sementara kepada Alexander yang ketika itu berumur 16 tahun, untuk memimpin Macedonia.
Raja Phillip II meninggal tahun 336 SM oleh pembunuh gelap pada saat pernikahan putrinya. Alexander pun naik tahta menggantikan ayahnya pada usia 20 tahun. Sesaat setelah kematian Phillip, kota-kota di Yunani yang sebelumnya telah tunduk pada Makedonia seperti Athena dan Thebes memberontak. Alexander segera bertindak dan berhasil menggagalkan pemberontakan tersebut. Namun, tahun beikutnya terjadi pemberontakan kembali, dia memutuskan untuk bertindak tegas dengan mengahancurkan Thebes dan menjual seluruh penduduknya sebagai budak. Kejadian ini berhasil memadamkan keinginan kota-kota lain untuk memberontak.
Tahun 335 SM, Alexander menyerang Persia dengan membawa sekitar 42.000 pasukan. Selama dua tahun berikutnya Alexander memenangkan berbagai pertempuran melawan pasukan Persia hingga akhirnya dia berhasil mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh Raja Persia Darius III pada 333 SM. Darius yang kabur berusaha untuk damai dengan menawarkan Alexander wilayah dan harta namun ditolak. Alexander mengatakan bahwa dia sekarang adalah Raja Asia dan hanya dia yang berhak menentukan pembagian wilayah. Alexander kemudian meneruskan ekspansi militernya hingga berhasil menaklukkan wilayah Mesir hingga ke perbatasan India sebelum terpaksa berhenti karena prajuritnya yang kelelahan karena pertempuran terus-menerus selama sepuluh tahun.
Alexander kemudian kembali ke kerajaanya untuk merencanakan ekspansi baru. Selama perjalanan ia mengeksekusi banyak satrap (semacam gubernur) dan pejabat yang bertindak melenceng sebagai contoh. Kemudian sebagai wujud terima kasih pada para prajuritnya, Alexander memberi sejumlah uang pada mereka dan menyatakan bahwa ia akan mengirim para veteran dan cacat kembali ke Makedonia. Namun tindakan ini justru diartikan sebaliknya oleh prajurit Alexander. Selain itu, mereka juga menentang sejumlah keputusan Alexander, seperti mengadopsi budaya Persia dan dimasukkanya pasukan dari Persia ke dalam barisan prajurit dari Makedonia. Sejumlah Prajurit kemudian memberontak di kota Opis. Alexander mengeksekusi para pemimpin pemberontakan tersebut, namun mengampuni para prajuritnya. Dalam upaya menciptakan perdamaian yang bertahan antara orang-orang Makedonia dan rakyat Persia, Alexander mengadakan pernikahan massal antara para perwiranya dengan wanita bangsawan dari Persia. Akan tetapi, hanya sedikit pernikahan yang bertahan lebih dari setahun.
Sewaktu di Babilonia, Alexander tiba-tiba terkena sakit parah dan mengalami demam selama 11 hari sebelumnya akhirnya meninggal pada tanggal 10 Juni 323 SM, dalam usia sekitar 33 tahun. Penyebab kematian yang sesungguhnya tidak jelas. Setelah kematian Alexander, tidak adanya ahli waris menyebabkan terjadi perpecahan dan pertempuran antara para bawahannya. Akhirnya, setelah perselisihan bertahun-bertahun, sekitar tahun 300 SM, kekuasaan atas bekas kerajaan Alexander terbagi menjadi 4 wilayah yang masing dikuasai salah satu jendral Alexander.
Dunia pada saat kematian Alexander, menunjukkan kemaharajaannya dalam konteks geopolitik yang lebih besarWalaupun hanya memerintah selama 13 tahun, semasa kepemimpinannya ia mampu membangun sebuah imperium yang lebih besar dari setiap imperium yang pernah ada sebelumnya. Pada saat ia meninggal, luas wilayah yang diperintah Alexander berukuran 50 kali lebih besar daripada yang diwariskan kepadanya serta mencakup tiga benua (Eropa, Afrika, dan Asia).
Penyatuan wilayah dari makedonia hingga persia oleh Alexander Agung menyebabkan terbetuknya perpaduaan kebudayaan Yunani, Mediterrrania, Mesir, dan Persia yang disebut dengan kebudayaan Hellenisme. Pengaruh Hellenisme ini bahkan sampai ke India dan Cina. Khusus di Cina, pengaruh kebudayaan ini dapat ditelusuri di antaranya dengan artefak yang ditemukan di Tunhuang.
Alexander selama ekspansinya juga mendirikan beberapa kota yang semuanya dinamai berdasakan namanya, seperti Alexandria atau Alexandropolis. Salah satu dari kota bernama Alexandria yang berada di Mesir, kelak menjadi terkenal karena perpustakaannya yang lengkap dan bertahan hingga seribu tahun lamanya serta berkembang menjadi pusat pembelajaran terhebat di dunia pada masa itu.Gelar The Great atau Agung di belakang namanya diberikan karena kehebatannya sebagai seorang raja dan pemimpin perang lain serta keberhasilanya menaklukkan wilayah yang sangat luas hanya dalam waktu 10 tahun.
Alexander Agung adalah salah satu tokoh yang dianggap sebagai Dzul Qarnain (Iskandar Zulkarnain) yang dapat ditemukan pula pada kitab suci Al Qur'an, Surah Al Kahfi 83-101. Dikisahkan ialah yang mengurung bangsa Ya'juj (Gog) dan Ma'juj (Magog) - yang menurut hadist shahih, bangsa tersebut akan keluar di akhir zaman. Riwayat ini bemula dari saat ia akan menaklukkan suatu daerah, penduduk tersebut tanpa disangka bersedia mengikutinya. Asal bangsa Yajuj dan Majuj dikurungnya. Maka Iskandar Dzulqarnain mengurung kedua bangsa tersebut. Dan para penduduk pun bersedia ditaklukkan dengan suka cita.Anggapan tersebut datang dari kisah Alexander Romance yang sudah ada sebelum Islam. Beberapa allamah Muslim menolak anggapan Alexander Agung adalah Dzul Qarnain, sebab Alexander Agung bukanlah monoteis, sedangkan Dzul-Qarnain adalah penyembah Allah dan hanya seorang penguasa.

         Cita-cita Iskandar Zulkarnain yang suci murni dan maha besar itu, untuk sementara telah dilanggar oleh manusia yang berkuasa sesudahnya. Tetapi pada saatnya nanti cita-cita ini akan menjelma lagi serta menjadi kenyataan, sehingga akan berdiri nanti sebuah negara yang terdiri atas Timur dan Barat, yang adil dan makmur. Kita sedang menunggu berdirinya negera itu, menunggu-nunggu kedatangan Iskandar Zulkarnain abad keduapuluh.
“beliau adalah raja yang agung,yang merendahkan keagungannya dibawah naungan keagungan yang Esa..beliau adalah raja yang agung,yang keagungannya anugrah dari yang maha agung..beliau adalah raja yang bijaksana,yang kebijaksanaannya adalah amanah dari yang kuasa”

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Fase Helenisme ialah fase ketika pemikiran filsafat hannya dimiliki oleh orang-orang yunani, yaitu sejak abad ke-6 atau ke-5 sebelum masehi sampai akhir abad ke-4 sebelum masehi. Ciri pemikiran filsafat yunani ialah adanya cara berfikir yang tidak relevan dengan realitas yang ada atau keberadaan yang benar-benar nyata menurut pemahaman filosofis bukan eksistensi yang sesungguhnya, karena setiap realitas menyembunyikan hakikatnya yang paling hakiki, sebagaimana adanya api yang kemudian padam. Terdapat beberapa aliran dalam helenisme yaitu aliran stoa, aliran mistik, aliran kemanusiaan dan aliran epicure.

DAFTAR PUSTAKA


Garder.Jostein.1991.Dunia Shopie.Bandung:Mirzan Pustaka

Hatta.Mohammad.1986.Alam Pikiran Yunani.Jakarta:Tintamas

Hakim.Atang Abdul-Saebani.Ahmad.2008.Filsafat Umum “Dari Metologi Sampai Teofilosofi”.Bandung: Pustaka Setia

Hadiwijoyo.Harun.1981.SejarahFilsafat,Yogyakarta:Kanisius

Murtaningsih.Wahyu. 2012. Para Filsuf Dari Plato Sampai ibnu Bajjah.Jogjakarta.IRCiSoD
Tafsir .Ahmad. 2013. Filsafat Umum. Bandung:Remaja Rosdakarya














Comments

Popular posts from this blog

Antropologi

DINAMIKA MASYARAKAT dan KEBUDAYAAN MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ ANTROPLOGI ” Dosen pembimbing ZUHRI HUMAIDI Disusun oleh: 1.       FAHMI FAKHRUDDIN G         (933102515) 2.       MOH. GHOZALI                        (933101815) 3.       ACHMAD ANWAR S                 (933102115)     JURUSAN USHULUDDIN PRODI PE RBANDINGAN AGAMA SEKOLAH TINGGI   AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI 2016 BAB I PENDAHULUAN     A.     Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu cara hidup manusia. Manusia mempunyai salah satu sifat yang paling mendasar yaitu berubah atau melakukan perubahan. Perubahan tersebut tentu mempengaruhi cara – cara hidup manusia beserta masyarakat sekitarnya sehingga terjadilah perubahan kebudayaan atau yang disebut dengan dinamika kebudayaan. Dinamika kebudayaan merupakan suatu hal yang unik dan menjadi perhatian para ahli antropologi. Para ahlipun banyak meneliti hingga terlahirlah konsep – konse

COVER makalah IAIN Kediri

ISLAM UNTUK SELURUH MANUSIA MAKALAH Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah TAFSIR TEMATIK Dosen Pengampu : Prof. Fauzan Saleh, Ph.D Disusun oleh : FAHMI FAKHRUDDIN GHOZALY (931325314) PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA JURUSAN USULUDDIN dan ILMU SOSIAL SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI 201 6