Skip to main content

Antropologi



DINAMIKA MASYARAKAT dan KEBUDAYAAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
ANTROPLOGI


Dosen pembimbing
ZUHRI HUMAIDI

Disusun oleh:
1.      FAHMI FAKHRUDDIN G        (933102515)
2.      MOH. GHOZALI                       (933101815)
3.      ACHMAD ANWAR S                (933102115)   

JURUSAN USHULUDDIN
PRODI PERBANDINGAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI  AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI
2016



BAB I
PENDAHULUAN
 
 
A.    Latar Belakang
Kebudayaan merupakan salah satu cara hidup manusia. Manusia mempunyai salah satu sifat yang paling mendasar yaitu berubah atau melakukan perubahan. Perubahan tersebut tentu mempengaruhi cara – cara hidup manusia beserta masyarakat sekitarnya sehingga terjadilah perubahan kebudayaan atau yang disebut dengan dinamika kebudayaan. Dinamika kebudayaan merupakan suatu hal yang unik dan menjadi perhatian para ahli antropologi. Para ahlipun banyak meneliti hingga terlahirlah konsep – konsep dinamika kebudayaan yang akan kami bahas disini.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah maka dapat dirumuskan suatu pokok masalah yang kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.      Apa konsep-konsep mengenai masyarakat dan kebudayaan?
2.      Bagaimana proses perubahan kebudayaan masyarakat?

C.     Tujuan
Tujuan dalam kajian ini adalah untuk mengetahui konsepsi-konsepsi mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan, proses kebudayaan sendiri, proses evolusi sosial, proses difusi, akulturasi dan pembaharuan atau asimilasi dan perubahan.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Konsepsi-Konsepsi Mengenai Masyarakat dan Kebudayaan
Diantara konsep yang terpenting mengenai proses kebudayaan oleh masyarakat yang bersangkutan, yaitu internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.[1]

a.         Proses internalisasi
Proses Internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai saaat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya.
seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang membentuk kepribadiannya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalam kepribadian saat bayi dilahirkan adalah rasa puas dan tak puas, yang menyebabkan ia menangis.[2]
Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung di dalam dirinya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat,nafsu, serta emosi dalam kepribadian individunya. Akan tetapi, wujud pengaktifan berbagai macam isi kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimulus yang berada dalam alam sekitarnya dan dalam lingkungan sosial maupun budayanya.
Setiap hari dalam kehidupan individu akan bertambah pengalamannya tentang bermacam-macam perasaan baru, maka belajarlah ia merasakan kebahagiaan, kegembiraan, simpati, cinta, benci, keamanan, harga diri, kebenaran, rasa bersalah, dosa, malu, dan sebagainyaa. Selain perasaan tersebut, berkembang pula berbagai macam hasrat seperti hasrat mempertahankan hidup.[3]
  
b.        Proses Sosialisasi
Sosialisasi merupakan sebuah proses seumur hidup dimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima dan berpartisipasi efektif dalam masyarakat.
Sosialisasi adalah satu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai sebuah proses di mana seseorang belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif.
Media sosialisasi adalah: keluarga, teman sepermainan, sekolah yang merupakan media sosialisasi sekunder, tempat pekerjaan, masyarakat umum yang merupakan media sosialisasi sekunder yang dominan terhadap proses pembentukan kepribadian, dan media masa.
Proses sosialisasi itu sendiri adalah suatu proses dimana seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan kelakuan kelompoknya. Maka kepribadian adalah keseluruhan faktor biologis, psikologis dan sosilogis yang mendasari perilaku individu.[4]

c.         Proses Enkulturasi
Istilah  yang sesuai untuk kata “enkulturasi” adalah “pembudayaan”(dalam bahasa inggris digunakan istilah institutionalization).Proses enkulturasi adalah proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem, norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
Proses enkulturasi sudah dimulai sejak kecil dalam alam pikiran warga suatu masyarakat; mula-mula dari orang-orang di dalam lingkungan keluarganya, kemudian dari teman-temanya bermain. Sering kali ia belajar dengan meniru berbagai macam tindakan, setelah perasaan dan nilai budaya pemberi motivasi  akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali meniru maka tindakannya akan menjadi suatu pola yang mantap, dan norma yang megatur tindakannya “dibudayakan”. Kadang-kadang berbagai norma juga dipelajari seorang individu secara sebagian-sebagian. Disamping aturan-aturan masyarakat dan Negara yang di ajarkan di sekolah melalui berbagai mata pelajaran seperti tata Negara, ilmu kewarganegaraan dan sebagainya, juga aturan sopan-santun bergaul dan lain-lainnya dapat di ajarkan secara formal.
Sebagai contoh dapat disebut misalnya cara seorang Indonesia mempelajari aturan adat Indonesia yang menganjurkan agar orang Indonesia yang habis berpergian ke suatu tempat yang jauh, memberi “oleh-oleh” kepada kerabatnya yang dekat dan kepada para tetangganya yang tinggal di sekitar rumahnya. Dalam proses sosialisasinya itu ia telah belajar cara-cara bergaul dengan tiap individu dalam lingkungan kaum kerabat dan tetangga dekatnya tadi, dan ia telah mengembangkan pola-pola tindakan yang berbeda dalam hal menghadapi mereka itu masing-masing norma sopan-santun memberi “oleh-oleh” tadi dibudayakan olehnya berdasarkan ajaran mengenai sopan-santun pergaulan langsung dari orang tuanya. Walaupun ia telah yakin sepenuhnya bahwa adat itu adalah benar dan bermanfaat, namun ada satu dua di antara mereka yang tidak dibelikan oleh-oleh karena hubungan pergaulannya dengan orang-orang tersebut bukan beruwujud pola-pola tindakan serba ramah, melainkan canggung dan kaku.[5]
Individu itu tidak dapat menyesuaikan kepribadiannya dengan lingkungan social sekitarnya, menjadi kaku dalam pergaulannya, dan condong untuk senantiasa menghindari norma-norma dan aturan-aturan masyarakatnya. Hidupnya penuh peristiwa konflik dengan orang lain. Individu-individu serupa itu disebut deviants.
Penyimpangan dari adat yang lazim merupakan suatu faktor penting karena merupakan sumber dari berbagai jadian masyarakat dan kebudayaan positif maupun negatif.
Kejadian masyarakat yang positif adalah perubahan kebudayaan (culture change) yang menjelma kedalam perubahan dan pembaruan dalam adat-istiadat yang kuno. Kejadian masyarakat yang negative misalnya berbagai ketegangan masyarakat yang menjelma menjadi permusuhan antara golongan, adanya banyak penyakit jiwa, banyaknya peristiwa bunuh diri, kerusakan masyarakat yang menjelma menjadi kejahatan, demoralisasi dan sebagainya.[6]
B.       Proses Perubahan Kebudayaan Masyarakat
Disini yang menjadi perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Proses ini mengenai suatu aktivitas dalam sebuah lingkungan atau suatu adat dimana aktivitas yang dilakukan terus berulang. Dan aktivitas yang dimaksud biasanya aktivitas yang menyimpang atau diluar kehendak prilaku.[7] Namun pada suatu ketika dan sering terjadi aktivitas tersebut selalu berulang (recurent) dalam kehidupan sehari-hari disetiap masyarakat. Sampai akhirnya masyarakat tidak bisa mempertahankan adatnya lagi, karena terbiasa dengan penyimpangan-penyimpangan tersebut. Maka masyarakat terpaksa memberi konsesinya dan adat serta aturan diubah sesuai dengan keperluan baru dari individu-individu didalam masyarakat. Prosesnya diantara lain discovery dan inventention, difusi kebudayaan, akulturasi, dan asimilasi.[8]
  
a.         Discovery dan inventention
Discovery dan invention adalah titik tolak studi mengenai pertumbuhan dan perubahan kebudayaan karena hanya dengan proses inilah, unsur-unsur yang baru dapat ditambahkan pada keseluruhan kebudayaan manusia. Walaupun unsur-unsur kebudayaan itu tersebar dari satu masyarakat lain, sehingga bertambahnya kekayaan kebudayaan dapat diperoleh dengan proses difusi, setiap unsur itu dapat diteliti dari gejala discovery dan invention. Artinya, setiap unsur kebudayaan pasti pernah menjadi bagian utama yang diterapkan oleh masyarakat aslinya. Ketika ingin mengetahui sejauh mana masyarakat menerapkan kebudayaan aslinya, sebelum terjadinya perubahan kebudayaan, discovery dan invention merupakan konsep penelitian sejarah kebudayaan.
Dengan demikian, discovery dan invention merupakan faktor penyebab terjadinya perubahan kebudayaan, dan merupakan metode menemukan kesejarahan kebudayaan asli sebelum terjadinya perubahan, baik perubahan pada tataran konseptual maupun penerapannya. Pada, discovery, penemuan terjadi secara kebetulan, sedangkan pada invention penemuan itu merupakan hasil usaha yang sadar.[9]
Dalam invention terdapat dua hal penting, yaitu sebagai berikut.

1.    Basic invention
Basic invention adalah peristiwa yang meliputi pemakain prinsip-prinsip baru atau kombinasi dari prinsip-prinsip baru. Membuka kemungkinan-kemungkinan akan adanya kemajuan dan menjadi dasar invention. Jika basic invention diterima oleh masyarakat timbullah improving invention merupakan produk dua aktivitas, yaitu aktivitas yang diusahakan dengan sadar, dan aktivitas yang terjadi secara kebetulan. Dalam masyarakat modern, basic invention dilakukan dengan sadar yang dihasilkan dalam laboratorium dengan rencana penelitian-penelitian tertentu. Untuk kegunaan sehari-hari adalah improving invention sebab basic invention kurang sempurna untuk kegunaan praktis. Penemuan pertama akan disempurnakan oleh penemuan berikutnya, itulah inti dari basic invention dan improving invention. Pada basic invention, antara penemu, hasil penemuan, dan lingkungan kebudayaan terdapat hubungan erat.[10]

2.    Invention
Invention adalah penerapan penemuan pengetahuan yang baru. Sumber invention  dan menambah pengetahuan. Sumber yang besar bagi invention adalah kebudayaan yang merupakan lingkungan hidup dari penemuan itu.
Pengaruh invention sebagai penemuan baru yang akan diterapkan pada kehidupan masyarakat membutuhkan persyaratan berikut:
1.    Masyarakat membutuhkan pembaharuan
2.    Masyarakat memahami perubahan yang terjadi
3.    Masyarakat mengerti manfaat perubahan
4.    Terjadi proses pembelajaran secara regeneratif dalam kaitannya dengan kebudayaan baru, dan perubahan-perubahan itu harus dapat diajarkan
5.    Perubahan itu harus menggambarkan keuntungan pada masa yang akan datang
6.    Perubahan itu tidak merusak prestise pribadi atau golongan
7.    Perubahan itu meluas dikalangan masyarakat dan diterima sebagai keharusan sosial

b.        Difusi Kebudayaan
Difusi kebudayaan, artinya peminjaman kebudayaan dari salah satu masyarakat kepada masyarakat lain. Difusi kebudayaan adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan masyarakat kepada masyarakat lain. Proses penyebaran dari individu ke individu lainpada suatu masyarakat disebut difusi intra-masyarakat atau intradiffusion. Adapun proses penyebaran masyarakat lainnya disebut intermasyarakat atau interdiffusion.
Salah satu prinsip difusi adalah, jika tidak terjadi perubahan, unsur-unsur kebudayaan itu pada awalnya akan diambil oleh masyarakat yang paling dekat hubungannya atau paling dekat letaknya dengan sumbernya, kemudian barulah diserap oleh masyarakat yang letak dan hubungannya lebih jauh. Prinsip kedua disebut marginal suvivals, bahwa semakin jauh persebaran unsur-unsur kebudayaan dari pusatnya, semakin kabur sifatnya, dan unsur-unsur itu banyak mengalami perubahan dalam bentukdan isinya.
Difusi mengandung tiga proses yang dibedakan sebagai berikut:
1.    Proses penyajian unsur-unsur baru kepada masyarakat.
2.    Penerimaan unsur-unsur baru
3.    Proses integrasi
Difusi kebudayaan dimualai dengan kontak kebudayaan. Kontak kebudayaan terjadi karena adanya faktor alam dan faktor sosial. Kontak kebudayaan atau peminjaman kebudayaan dapat terjadi karena adanya hubungan perkawinan, hubungan perdagangan, dan adanya pembelajaran dari orang tua kepada anak-anaknya. Oleh karena itu, pada masyarakat yang kehidupannya terasing, kontak kebudayaan tidak akan terjadi.
Pada proses difusi selalu terjadi proses integrasi, yaitu bagian-bagian dari kebudayaan satu dan yang lainnya berada pada persesuaian yang lebih baik, artinya menyatu dan tidak dipisahkan oleh perbedaan unsur-unsur kebudayaan.[11]

c.         Akulturasi
Istilah akulturasi telah digunakan pada akhir ke-19. Pada tahun 1935, komite Social Science Research Council sebagai bagian dari memorandum yang anggotanya adalah Redfold, Linton, dan Herkovits, menyusun definisi tentang akulturasi yang dapat digunakan sebagai pedoman penelitian mengenai akulturasi. Akulturasi meliputi fenomena yang timbul sebagai hasil percampuran kebudayaan jika berbagai kelompok manusia dengan kebudayaan yang beragam bertemu mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus, kemudian menimbulkan perubahan dalam pola-pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau pada keduanya. Dengan demikian, dalam akulturasi terdapat perubahan dan pencampuran kebudayaan.
Salah satu bentuk akulturasi adalah kontak kebudayaan yang terus-menerus. Kontak terus-menerus dapat berlangsung oleh berbagai sebab, misalnya karena salah satu negara dijajah oleh negara lain dalam waktu yang lam, misalnya Indonesia oleh Belanda. Kontak terjadi secara terus-menerus sehingga tidak sedikit kebudayaan Indonesia dicampuri oleh kebudayaan Belanda, yang salah satunya adalah masalah hukum. Kontak terjadi karena adanya hubungan perdagangan, hubungan perkawinan dan kekerabatan, dan hubungan lainnya yang menimbulkan kontak intensif.[12]
Bentuk-bentuk kontak kebudayaan yang menimbulkan proses akulturasi adalah sebagai berikut.
1.    Kontak dapat terjadi antara seluruh masyrakat, atau antarbagian dari masyarakat, dan terjadi semata-mata antara individu dari dua kelompok. Adapun unsur-unsur kebudayaan yang saling dipresentasikan bergantung pada jenis-jenis kelompok sosial dan status individu yang bertemu.
2.    Kontak dapat diklasifikasikan antara golongan yang bersahabat dan golongan yang bermusuhan. Dalam banyak kejadian, kontak antara bangsa atau suku bangsa pada mulanya lebih bersifat bermusuhan
3.    Kontak dapat timbul antara masyarakat yang menguasai dan masyarakat yang dikuasai, baik secara politik maupun ekonomi.
4.    Kontak kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang sama besarnya dan berbeda besarnya.
5.    Kontak kebudayaan dapat terjadi antara aspek-aspek yang materiil dan yang nonmateriil dari kebudayaan yang sederhana dengan kebudayaan yang kompleks, dan antara kebudayaan yang kompleks dengan yang kompleks pula.
Akibat yang ditimbulkan oleh akulturasi adalah sebagai berikut.
1.    Terjadinya perubahan cara pandang tentang kehidupan bermasyarakat dari cara lama ke cara baru.
2.    Terjadinya perubahan cara pergaulan serta semakin terbukanya hal-hal yang awalnya dianggap tabu.
3.    Terbukanya wawasan masyarakat menuju pengetahuan yang lebih luas.
4.    Perubahan mentalistis, rasa malu, dan kepiawaian masyarakat.

d.        Asimilasi
Asimilasi termasuk salah satu konsep yang berhubungan dengan perubahan kebudayaan karena asimilasi adalah fase dari akultural dan akulturasi adalah satu satu aspek perubahan kebudayaan. Asimilasi meruapakan proses sosial yang telah berlanjut yang ditandai oleh semakin kurangnya perbedaan antar individu dan antar kelompok, dan semakin eratnya persatuan aksi, sikap-sikap dan proses mental yang berhubungan dengan kepentingan dan tujuan yang sama.[13]
Jika individu telah terasimilasikan pada satu kelompok tertentu mereka kehilangan sifat-sifatnya yang khas. Asimilasi adalah salah satu proses interprestasi dan fusi ketika orang-orang dan kelompok mendapatkan kenang-kenangan, sentimen, dan sikap dari orang-orang atau kelompok lain yang bersama-sama mengahayati pengalaman dan sejarah, dan kemudian terinkoporasikan ke dalam satu kehidupan kebudayaan. Jadi, apabila dua kelompok atau lebih melakukan asimilasi satu dan lainnya, garis-garis batas antarkelompok mulai hilang dan ketentuan-ketentuan itu cenderung untuk menjadi satu kelompok, setidak-tidaknya untuk satu tujuan tertentu. Apabila pada akulturasi, masing-masing kelompok karena telah mengalami kontak langsung dan terus-menerus, salingmengambil unsur-unsur kebudayaan, tanpa kehilangan kepribadiannya, pada asimilasi, akibat dari kontak kebudayaan yang langsung dan waktu yang lama memunculkan unsur-unsur kebudayaan yang baru, yang tidak serupa dengan unsur-unsur yang lama.[14]
Proses asimilasi dapat berjalan lancar atau lambat bergantung pada beberapa faktor. Menurut Harsoyo, faktor-faktor yang memudahkan asimilasi adalah sebagai berikut.
a.         Faktor toleransi. Dua kelompok yang berbeda kebudayaannya dan saling berhubungan dengan penuh toleransi, memudahkan peningkatan komunikasi dan asosiasi yang mengakibatkan semakin cepatnya proses asimilasi. Adapun kelompok yang sangat fanatik memegang teguh kepercayaan, adat istiadat, dan pandangan hidupnya, yang melihat kebudayaan lain dengan penuh prasangka sulit berasimilasi dengan kelompok yang lain.
b.        Faktor adanya kemungkinan yang sama dalam bidang ekonomi. Apabila satu kelompok memiliki kehendak untuk menguasai kehidupan ekonomi kelompok lain, atau dalam kenyataannya, satu kelompok ada dalam kedudukan ekonomis yang jauh lebih baik, asimilasi, asimilasi sulit dijalankan. Demikian pula. Apabila batas-batas antara kelas ekonomi amat tajam, asimilasi akan mengalai kemunduran. Asimilasi antara dua kelompok berjalan baik apabila tidak ada diskriminasi ekonomi.
c.         Faktor adanya simpati terhadap kebudayaan yang lain. Keadaan masyarakat yang mengadakan kontak dan mengadakan asimilasi pada fase pertama antara satu dan lainnya asing. Apabila masing-masing kebudayaan dapat menghormati dan mempunyai simpati terhadap nilai-nilai yang berlaku pada setiap kelompok  serta yang satu tidak merasa lebih tinggi dari yang lain, asimilasi akan berjalan lancar.
d.        Faktor perkawinan campuran. Perkawinan campuran sangat bemanfaat bagi asimilasi terutama pada masyarakat yang melaksanakan demokrasi sosial, politik, dan ekonomi.[15]
  
  
Kesimpulan
Kebudayaan merupakan salah satu cara hidup manusia. Manusia mempunyai salah satu sifat yang paling mendasar yaitu berubah atau melakukan perubahan. Perubahan tersebut tentu mempengaruhi cara – cara hidup manusia beserta masyarakat sekitarnya sehingga terjadilah perubahan kebudayaan atau yang disebut dengan dinamika kebudayaan.
Konsep yang terpenting mengenai proses kebudayaan oleh masyarakat yang bersangkutan, yaitu internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
Perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Di dalam mempelajari masalah perubahan kebudayaan itu perlu disadari, bahwa perubahan itu berjalan terus-menerus. Hanya ada perubahan kebudayaan yang lambat dan ada perubahan yang cepat.
Proses perubahan kebudayaan yaitu discovery dan inventention, difusi kebudayaan, akulturasi, dan asimilasi.

Daftar Pustaka
Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi. Jakarrta:UI-Press.1990
M.Keesing, Roder & Gunawan, Samuel. Antropologi Budaya. Surabaya: Erlangga.1981
Harsojo, Prof. Pengantar Antropologi. Bandung: Binacipta.1967
Zulkifli. Antroplogi Sosial Budaya. Yogyakarta:Siddiq Press.2008
Poespowardojo, Soerjanto. Strategi Kebudayaan. Jakarta:PT Gramedia.1989
Ahmad Saebani. M.Si., Drs. Beni. Pengantar Antroplogi. Bandung: Pustaka Setia.2012


[1] Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi, (Jakarrta, UI-Press:1990), hlm 39.
[2]  Roder M.Keesing & Samuel Gunawan. Antropologi Budaya, (Surabaya, Erlangga:1981), hlm 23.
[3] Prof. Harsojo. Pengantar Antropologi, (Bandung, Binacipta: 1967), hlm 175.
[4] Zulkifli, Antroplogi Sosial Budaya, (Yogyakarta, Siddiq Press: 2008), hlm 89-90.
[5] Ibid.,178
[6] Ibid.,178
[7] Soerjanto Poeswardojo. Strategi Kebudayaan, (Jakarta, Gramedia: 1989), hlm 241.
[8] Ali Moertopo. Strategi Kebudayaan, (Jakarta, Centre For Strategic And International Studies:1978), hlm 7.
[9] Prof. Harsojo. Pengantar Antropologi, (Bandung, Binacipta: 1967), hlm 176-178. 
[10] Drs. Beni Ahmad Saebani. M.Si. Pengantar Antroplogi, (Bandung, Pustaka Setia:2012), hlm 185-187.
[11] Ibid.,193
[12] Prof. Harsojo. Pengantar Antropologi, (Bandung, Binacipta: 1967), hlm 175-175.
[13] Drs. Beni Ahmad Saebani. M.Si. Pengantar Antroplogi, (Bandung, Pustaka Setia:2012), hlm 192.
[14] Ibid.,193
[15] Ibid.,193

Comments

  1. Casinoland: The Best Slot Games from Asia
    Read our クイーンカジノ expert review of the top online casinos in Asia to find out what's popular and not so popular around the world.Is Pragmatic Play legal in Asia?Can 코인카지노 I play for real money ボンズ カジノ in Asia?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

HELLENISME

HELENISME MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “FILSAFAT UMUM” Dosen pembimbing SAIFUL MUJAB, S.TH.I., MA.   Disusun oleh:   1.Riadhotul Jannah       (933100615) 2.Prasetyaningtias      (933100915) 3.Moh.Ghozali           (933101815)  4.Fahmi fakhruddin G (933102515) JURUSAN USHULUDDIN PRODI PERBANDINGAN AGAMA SEKOLAH TINGGI  AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI 2016 KATA PENGANTAR Dengan puji Syukur kehadirat Allah senantiasa melimpahkan Rahmad dan Hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik meskipun jauh dari kesempurnaan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang  telah menunjukkan kepada kita semua dari jalan yang batil menuju jalan yang hak yaitu dengan adanya Agama islam. Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada Bapak Mujab selaku Dosen matakuliah filsafat umum  yang telah membimbing kami dengan sebaik-baiknya dalam pembuatan makalah ini. Dan apabila masih ba

COVER makalah IAIN Kediri

ISLAM UNTUK SELURUH MANUSIA MAKALAH Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah TAFSIR TEMATIK Dosen Pengampu : Prof. Fauzan Saleh, Ph.D Disusun oleh : FAHMI FAKHRUDDIN GHOZALY (931325314) PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA JURUSAN USULUDDIN dan ILMU SOSIAL SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI 201 6